Secara tradisional, fungsi tes- tes
psikologis adalah untuk mengukur perbedaan- perbedaan antara individu atau
perbedaan, reaksi individu yang sama terhadap berbagai situasi yang berbeda.
Salah satu masalah awal yang mendorong pertumbuhan tes- tes psikologis adalah
identifikasi adalah orang- orang yang
terbelakang mental. Penggunaan tes klinis tes- tes terkait mencakup pemeriksaan
orang-orang yang mengalami gangguan emosi parah dan masalah-masalah perilaku
lainnya.
Tes- tes psikologi menyediakan alat-alat
standard untuk penyelidikan masalah- masalah yang begitu bervariasi seperti
perubahan-perubahan perkembangan rentang hidup dalam individu- individu,
efektivitas relative dari berbagai cara pendidikan yang berbeda- beda, hasil
psikoterapi, dampak program- program kemasyarakatan, dan pengaruh variabel-
variabel lingkungan hidup pada kinerja manusia.
2. APA TES PSIKOLOGIS ITU?
Sample
perilaku. Tes psikologis pada dasarnya adalah alat ukur yang objektif dan
dibakukan atas sample perilaku
tertentu. Pokok lain yang harus dipertimbangkan sejak awal adalah menyangkut
konsep kapasitas. Hanya dalam arti bahwa sample perilaku yang sekarang dapat digunakan
sebagai indicator bagi perilaku lain di masa depan, kita dapat berbicara
tentang tes yang mengukur kapasitas.
Standarisasi. Standarisasi menyiratkan keseragaman cara
penyelenggaraan dan penskoran
tes. Standarisasi menyangkut
jumlah tempat materi yang digunakan, batas waktu, instruksi-instruksi lisan,
demonstrasi awal, cara- cara menjawab pertanyaan dari peserta tes, dan setiap
rincian lain atas situasi tes. Banyak
factor lain yang lebih halus bisa memengaruhi kinerja pada tes- tes tertentu.
Jadi, dalam memberikan instruksi atau menyajikan masalah-masalah secara lisan,
pertimbangan harus diberikan pada laju bicara, nada suara, infleksi ( perubahan
suara), jeda dan ekspresi wajah.
Langkah penting lainnya dalam standarisasi
tes adalah penerapan norma- norma . kinerja pada setiap tes dievaluasi
berdasarkan data empiris. Dalam proses menstandarisasikan tes . tes
diselenggarakan pada sampel yang luas dan representative atas jenis orang yang
memang menjadi sasaran perancangan tes tersebut. Kelompok ini, dikenal sebagai
sampel standarisasi, berfungsi menetapkan norma- norma. Norma- norma semacam
itu mengindikasikan tidak hanya kinerja rata- rata, tetapi juga frekuensi
relative dari derajat penyimpangan yang bervariasi diatas atau dibawah rata-
rata. Jadi dimungkinkan untuk
mengungkapkan berbagai tingkah superioritas dan inferioritas.
Pengukuran kesulitan yang objektif. Penyelenggaraan , penilaian dan interpretasi
skor adalah objektif sejauh skor- skor tak tergantung pada penilaian subjektif
penguji tertentu. Peserta tes manapun harus secara teoritis memperoleh skor
yang sama pada tes terlepas dari siap yang kebetulan menjadi pengujinya. Tentu saja, tidak selalu demikian situasinya
karena standarisasi dan onjektivitas yang sempurna tidak didapatkan dalam praktik. Ada cara- cara utama lainnya yang bisa
mendeskripsikan tes- tes psikologis sebagai alat ukur objektif. Penentuan
tingkat kesulitan adalah butir soal atau seluruh tes, didasarkan pada prosedur-
prosedur empiris yang objektif.
Keandalan.
Evaluasi objektif atas tes- tes psikologis, terutama mencakup keandalan dan
validitas tes dalam situasi- situasi khusus.
Keandalan tes adalah konsistensi skor- skor yang didapatkan oleh orang-
orang yang sama ketika dites ulang dengan tes yang sama atau dengan tes yang
ekuivalen dengan tes sebelumnya. Keandalan dapat diperiksa dengan membandingkan
skor- skor yang diperoleh peserta tes yang sama pada waktu- waktu yang berbeda,
atau berdasar syarat tes relevan lainnya.
Jumlah dan jenis orang yang menjadi dasar pemeriksaan keandalan
seharusnya dilaporkan juga. Dengan informasi semacam ini, para peserta tes bisa
memprediksi apakah tes itu akan sama andal bagi kelompok yang diharapkan
menggunakan tes tersebut, atau mungkin lebih andal atau sebaliknya, kurang andal.
Validitas. Validitas memberikan pemeriksaan langsung pada sejauh
mana tes tertentu memenuhi fungsinya. Penentuan validitas biasanya memerlukan
criteria independent dan eksternal
tentang apapun yang menjadi sasaran pengukuran tes tersebut. Skor orang-
orang tidak sendirinya digunakan untuk maksud- maksud operasional, tetapi
berfungsi hanya dalam proses pengujian itu. Jika tes itu terbukti valid dengan
cara ini, tes tersebut dapat digunakan pada sampel- sampel lain tanpa ukuran
kritera. Interpretasi skor- skor tes
dengan pasti akan lebih jelas dan kurang mendua jika tes- tes secara teratur
dinamai berdasar hubungan- hubungan yang ditetapkan secara empiris yang
melauinya tes- tes itu divalidasi.
3. MENGAPA PENGGUNAAN TES- TES PSIKOLOGI PERLU
DIKENDALIKAN?
Di tangan penguji tes yang tidak bijaksana,
atau yang bermaksud baik, tetapi tidak cukup ilmunya, tes- tes semacam ini
dapat menyebabkan dampak buruk yang serius. Ada dua alasan utama untuk
mengendalikan penggunaan tes- tes psikologi :
a.
Untuk memastikan bahwa tes itu diberikan oleh
penguji yang memenuhi syarat dan skor digunakan dengan sepantasnya.
b.
Untuk mencegah keakrban orang dengan isi tes,
yang akan membuat tes itu tidak valid lagi.
Penguji
yang memenuhi syarat. Penguji yang
memenuhi syarat, jelas diperlukan dalam setiap aspek dari tiga aspek utama
situasi tes: seleksi tes, administrasi dan penskoran, dan interpretasi skor.
Akan tetapi, agar tes bisa berfungsi, diperlukan evaluasi atas segi- segi
teknis berdasar karakteristik- karakteristik semacam validitas keandalan,
tingkat kesulitan, dan norma.
Peran
pengguna tes. Pengguna tes adalah siapapun yang menggunakan skor tes
sebagai salah satu sumber informasi dalam usahanya mencapai keputusan-keputusan
praktis. Pengguna, mungkin penguji atau bukan penguji yang menyelenggarakan dan
menskor tes. Contoh para pengguna tes adalah guru, konselor, penyelenggara system-
system sekolah, dan karyawan personalia dalam industry atau pemerintahan.
Kondisi- kondisi khusus organisasi-
organisasi professional, yang bekerja secara patungan dengan penerbit tes,
semakin memerhatikan pencegahan penyalahgunaan. Contoh yang patut dicatat
adalah proyek yang dijalankan oleh Test User Qualification Working Group, akrab
dikenal dengan akronim TUQWoG (dalam anastasi). Sasaran utamanya adalah
mengembangkan perangkat berdasarkan basis data (data based) empiris yang berisi
kualifikasi esesnsial bagi para pengguna berbagai jenis tes yang dapat
dimasukkan oleh penerbit ke tes dalam formulir kualifikasi pembeli tes.
Pengamana isi tes dan pengkomunikasian informasi tes. Memastikan isi
tes tertentu tidak perlu dan tidak harus mencampuri pengkomunikasian secara
efektif informasi tes itu kepada pengguna tes, professional yang berkepentingan
dan public umum. Pertama, komunikasi I ini cenderung menyingkirkan materi
apapun yang terkait dengan tes dan karenanya menolong membantu mengoreksi
miskonsepsi umum tentang tes- tes apa yang dirancang untuk dijalani dan apa
arti skor- skor itu.
Jenis kedua komunikasi itu bersangkutan
dengan prosedur- prosedur teknis yang digunakan untuk menyusun dan mengevaluasi
tes- tes tertentu; prosedur- prosedur teknis ini menyajikan data yang relevan
tentang keandalan, validas, dan cirri- cirri psikometrik tes itu. Tujuan ketiga
dari komunikasi ini adalah mengakrabkan pengguna tes dengan prosedur tes,
menyingkirkan kecemasan, dan memastikan bahwa setiap orang akan mengeluarkan
kemampuan terbaiknya.
4. PENYELENGGARAAN TES
Pemikiran dasar tes
mencakup generalisasi, dari sampel perilaku yang diamati dalam situasi tes
sampai ke perilaku yang tampak dalam situasi
nontes lainnya. Skor tes seharusnya menolong kita untuk memprediksi cara
klien merasa dan bertindak di luar klinik, seberapa baik pelajar akan berprestasi
di kuliah- kuliah universitas, dan seberapa tinggi kinerja pelamar dalam
pekerjaan.
Persiapan sebelumnya bagi para pengiji.
Persyaratan satu- satunya yang paling penting bagi prosedur tes yang baik
adalah persiapan sebelumnya. Persiapan waktu tes bisa dilakukan dengan berbagai
cara. Menghafral instruksi verbal yang pasti adalah hal penting dalam
kebanyakan tes perorangan. Bahkan dalam tes kelompok, dimana instruksi
dibacakan kepada peserta tes, diperlukan keakraban terhadap pernyatan-
peryantaan yang harus dibaca guna mencegah salah baca dan keraguan- raguan dan memungkinkan cara yang alamiah dan
informal selama penyelenggaraan tes. Syarat
lain yang harus dipenuhi adalah keakraban dengan prosedur tes tertentu, baik
pada tes perorangan maupun kelompok.
Kondisi- kondisi tes. Perhatian harus
diberikan kepada pemilihan ruang tes yang sesuai. Ruang ini harus bebas dari
suara dan gangguan yang tidak perlu, serta seharusnya memiliki pencahayaan,
fentilasi, tempat duduk dan ruang kerja yang memadai bagi orang yang mengikuti
tes. Kondisi penggunaan meja atau kursi yang bertangan
misalnya, terbukti berpengaruh penting
dalam proyek tes kelompok yang terdiri dari pelajar- pelajar sekolah menengah. Kelompok
yang menggunakan meja cenderung memeroleh skor lebih tinggi ( dalam Aanastasi).
Memperkenalkan tes: pemahaman dan orientasi
peserta tes. Dalam penyelenggaraan
tes, “rapor” mengacu pada upaya- upaya penguji membangkitkan minat peserta tes
pada tes itu, meningkatkan kerja sama mereka, dan mendorong mereka memberikan
respons secara tepat pada sasaran- sasaran tes. Dalam tes- tes bakat,
sasarannya adalah konsentrasi penuh pada tugas yang diberikan dan mendorong
orang- orang mengerahkan upaya terbaiknya agar bisa menunjukkan kinerjanya
sebaik mungkin. Prosedur yang bahkan lebih baik adalah terlebih dulu membagikan
keterangan yang menjelaskan maksud dan tujuan tes kepada peserta tes, memberikan
usul- usul umum tentang cara menjalani tes dan memuata beberapa sampel soal
tes. Buku kecil semacam ini biasanya tersedia bagi peserta tes pada banyak
program tes berskala luas yang diselenggarakan oleh College Board.
sekian postingan saya hari ini, semoga bermanfaat.
sumber: Anastasi Anne, Urbina Susana., 2007. Tes Psikologi Edisi Ketujuh . Jakarta: PT Indeks.
karena komentarnya terlalu banyak, jadinya buat postingan baru aja deh... Commentnya di postingan.
BalasHapus