Diskusi kasus.
Teman- teman, pernahkah kita menyadari
satu hal tentang kedisiplinan yang sering kita abaikan? Sejak dari kecil/ masuk
sekolah dasar sampai sekolah menengah atas peraturan sekolah sangat ditepati
(12 tahun), khususnya mengenai waktu masuk kelas. Tetapi, malahan sekarang
ketika di bangku kuliah, sepertinya kebiasaan itu mulai memudar. Apa yang
terjadi? Apakah karena reward dan punishment yang berbeda?entahlah. apa
mungkin karena system di perkuliahan yang terkesan” bebas”, sehingga setelah
menjadi seorang mahasiswa, kita merasa hebat dan mengganggap bahwa kita mampu
melakukan segalanya? Apakah kedisiplinan
memengaruhi prestasi belajar ? mari kita
bahas satu per satu.
A. Menurut
teori Kepribadian
Disiplin erat kaitannya dengan kepribadian seseorang. Kepribadian merupakan
salah satu aspek yang dapat kita pelajari guna lebih memahami fenomena yang
terjadi. Dari sudut pandang teori kepribadian menurut ERRICH FROMM, Secara umum
kepribadian berkembang sesuai kesempatan yang diberikan masyarakatnya (manusia
akan otomatis mengembangkan potensi- potensinya sesuai dasar aturan yang
berlaku di masyarakat).Dalam teori sosial karakter kepribadian mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh struktur sosial dan perubahan sosial dimana individu itu
hidup.Kepribadian terbentuk bagaimana individu tersebut berperilaku dalam
merespon stimuli- stimuli dan tekanan- tekanan sosial. Maksudnya yaitu
kepribadian berkembang sesuai kesempatan. Kita tahu bahwa kepribadian merupakan
aspek psiko psikis yang dapat berubah. Menurut Fromm, kepribadian dapat berubah
karena adanya factor kesempatan serta adanya tekanan- tekanan sosial. Selama 12
tahun kita dibiasakan mematuhi aturan,
apabila kita tidak mematuhinya, maka akan diberikan punishment, biasanya kontak fisik ataupun melakukan sesuatu yang
tidak disukai, tetapi ketika duduk di bangku kuliah segala punishment itu sudah
tidak ada lagi, karena dianggap sudah dewasa yang seharusnya mampu mengontrol
diri serta mampu bertanggungjawab terhadap segala tindakan yang dilakukan.
B. Menurut
teori perkembangan
Erick Erikson dalam teorinya
yaitu Teori psikososial menyatakan bahwa Hubungan psychosocial &
development pada tahap perkembangan
kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dipengaruhi oleh keadaan sosial yang
berinteraksi dengan fisik & psikologis dari seseorang. Pada tahapan Industry vs Inferiority (6-12)
School Age dengan cirri- cirri
-Belajar mengontrol diri dengan
tugas-tugas sekolah membuat anak produktif, atau
-Anak akan merasa inferior jika
gagal dalam tugas untuk mencapai sesuatu. Sedangkan pada tahap IdentityvIdentityConfusion(12-20)
Adolescence
-Rasa diri unik, ingin berperan
dalam lingkungan serta usaha-usaha mencari jati diri.
-Sadar akan apa yang disuka dan
tidak,kekuatan dan kelemahan sebagai masa penentu kedepan.
-Masa integrasi bakat, kemampuan,
identifikasi dan adaptasi dan bertahan dengan berbagai kecemasan dan ancaman
serta kendali akan impuls2nya.
-Masa transisi dari kanak2 ke
dewasa, serta kegamangan dalam membangun nilai2 diri akan membuat remaja
bingung siapa dan akan menjadi apa dirinya. Crisis Identity – Identity
Confusion
-Kekuatan fidelity
(kesetiaan),kemampuan untuk membangun rasa setia pada significant people akan
memperkuat identitas.
Melihat perbandingan keduanya, dapat disimpulkan bahwa selain
kepribadian, seiring bertambahnya usia, maka semakin bertambahnya kemampuan
kognitif, serta berkembangnya emosi . maka pada saat usia saat ini telah
menyadari apa yang disukai dan apa yang akan dilakukan tanpa harus takut akan punishment dan merasa mampu bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan.
c. Hubungan
antara kedisiplinan dengn prestasi
belajar
Menurut Hurlock (1991), disiplin berasal
dari kata “ disciple” yang berarti bahwa seseorang belajar secara sukarela
mengikuti seorang pemimpin. Sedangkan prestasi belajar menurut Winkel ( dalam
Theresia,2008) berpendapat bahwa kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan
yang pada waktu- waktu tertentu harus dievaluasi atau dinilai untuk melihat
seberapa jauh perubahan yang terjadi sejalan dengan tujuan pendidikan.
Gie ( dalam Theresia,2008) Mengungkapkan
bahwa salah satu factor yang memengaruhi prestasi belajar adalah disiplin. Disiplin memiliki
aspek-aspek yaitu: ketertiban terhadap aturan, tanggungjawab,dan control diri. Dengan
disiplin siswa akan memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik. Berdasarkan
teori yang diungkapkan Gie bahwa melalui
kedisiplinan dalam belajar, maka seorang siswa dapat mencapai hasil yang baik.
C. Pengukuran
prestasi belajar
Menurut winkel ( dalam Theresia, 2008) berpendapat
bahwa kegiatan belajar menghasilkan suatu perubahan yang pada waktu- waktu
tertentu harus dievaluasi atau dinilai untuk melihat seberapa jauh perubahan
yang terjadi sejalan dengan tujuan pendidikanhasil dari penilaian prestasi
belajar dapat dilihat melalui buku raport yang
diberikan pada akhir semester atau catur wulan dan biasanya angka yang
tercantum didalam raport merupakan nilai merupakan rata- rata yang
terbobot dari seluruh nilai yang
diperoleh selama catur wulan atau semester itu berlangsung.
Sumber:
Feist and feist .2010.Teori Kepribadian Edisi 7,
Jakarta: Salemba Humanika.
Hurlock, E.B.1990.Psikologi Perkembangan: suatu pendekatan
rentang kehidupan , Jakarta: Erlangga.
Widiaastuti ,T.L.(2008).Hubungan Kedisiplinan dengan Prestasi
Belajar Siswa SMA Santo Bernadus Pekalongan. Semarang : Fakultas
Psikologi Universitas Katolik Soeijapranata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar