Minggu, 25 Mei 2014

ANALISIS IDENTITY


 





 ANALISIS KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA

     Pruitt Taylor Vince sebagai Vincent Taylor Malcolm Rivers, seorang pembunuh berantai. Malcolm Rivers ( Pruitt Taylor Vince ) adalah pembunuh psikotik menunggu eksekusi untuk beberapa pembunuhan keji yang terjadi di sebuah motel . kasus pembunuhan dimulai ketika korban ditemukan dan pembunuh meninggalkan salah satu kunci kamar yang dihtung mundur mulai dari kamar 10 sampai dengan 1.
    Pada sidang, isi jurnal Malcolm yang terungkap , menunjukkan tahanan menderita kasus ekstrim dari Dissociative Identity Disorder , menyimpan sepuluh kepribadian yang berbeda . Malick mampu untuk mendatangkan salah satu kepribadian Malcolm , Ed ( John Cusack ) , mengungkapkan bahwa peristiwa di motel yang terjadi dalam pikiran Malcolm , masing-masing kepribadian menjadi orang yang berbeda meskipun semua berbagi tanggal lahir yang sama . Setelah mendengar kejadian di motel , Malick menginformasikan Ed kepribadian bahwa ia harus menemukan dan menghilangkan kepribadian bermusuhan untuk mencegah Malcolm dari dieksekusi agar semua kepribadian dibunuh off . Dalam pengaturan motel , sebagai kelompok yang menyusut , Ed percaya bahwa kepribadian Rhodes ( Ray Liotta ) adalah pembunuh , dan mengorbankan dirinya untuk membunuh Rhodes , hanya menyisakan Paris ( Amanda Peet ) hidup . Ketika Malick menunjukkan bahwa kepribadian pembunuh sudah mati , Hakim memutuskan untuk menempatkan Malcolm di rumah sakit jiwa di bawah perawatan Malick itu .
      Ternyata,  Paris ( Amanda Peet) satu- satunya bagian dari kelompok yang berada dalam motel itu juga dibunuholeh Timmy kecil, setelah kejadian itu terungkap bahwa korban- korban sebelumnya ia juga yang membunuh. Hal ini dapat dijelaskan dengan mengacu pada teori kepribadian ganda yaitu Setiap kepribadian menyatakan bahwa pengalaman individu memiliki pribadi yang berbeda sejarah, citra diri , dan identitas sendiri , termasuk usia yang berbeda , jenis kelamin yang berbeda , dan juga nama yang berbeda. Timmy atau Timothy sangat membenci ibunya yang dulunya seorang pelacur dan membenci setiap pelacur. Ia juga memiliki ayah tiri. Sewaktu ia masih kecil ibunya sibuk sehingga ia tidak mendapatkan perhatian yang selayaknya ia dapatkan, ditambah lagi dengan kejadian-kejadian dan orang-orang terlibat aksi pembunuhan, sehingga ia menginternalisasi kedalam kehidupannya. Lingkungan berdampak besar bagi setiap perkembangan anak, telebih di masa-masa perkembangan anak.

ANALISIS SESUAI TEORI DISOSIATIF GANGGUAN IDENTITAS - DSM IV


   Disosiatif Gangguan Identitas dikodifikasikan 300,14 di DSM IV . Gangguan ini sebelumnya dikenal sebagai Multiple Personality Disorder .
KRITERIA DIAGNOSTIC
   Menurut DSM IV , kriteria berikut ini harus dipenuhi agar individu untuk dapat didiagnosis untuk gangguan identitas disosiatif :
Kriteria A     : dua atau lebih identitas yang berbeda atau negara kepribadian yang hadir dalam individu .
Kriteria B    : ini identitas yang berbeda mengambil kendali atas perilaku berulang .
Kriteria C : individu tidak dapat mengingat informasi pribadi yang penting , dan ketidakmampuan ini terlalu berat untuk dihubungkan dengan hanya kelupaan biasa .
Kriteria D   : gangguan bukan merupakan hasil dari penyalahgunaan zat atau kondisi medis umum .
    Individu terpengaruh dengan Dissociative Identity Disorder menemukan menantang untuk mengintegrasikan aspek yang berbeda dari identitas mereka , memori dan kesadaran . Kelainan ini didiagnosis 3-9 kali lebih sering pada wanita dewasa dibandingkan pada laki-laki dewasa
     Setiap kepribadian menyatakan bahwa pengalaman individu memiliki pribadi yang berbeda sejarah, citra diri , dan identitas sendiri , termasuk usia yang berbeda , jenis kelamin yang berbeda , dan juga nama yang berbeda . Ada biasanya ada yang utama , identitas utama yang membawa individu diberi nama . Ketika identitas utama ini mengambil alih atau mendapatkan kembali kesadaran , individu biasanya pasif , tergantung , bersalah dan tertekan . Di sisi lain , identitas alternatif memiliki kepribadian yang kontras kepribadian utama, misalnya , mereka dapat mendominasi , bermusuhan , agresif , dll
       Ini identitas alternatif muncul dan mengambil alih kesadaran individu karena beberapa pemicu seperti stres psikososial . Waktu yang diperlukan untuk beralih di antara dua identitas mungkin beberapa detik , atau mungkin secara bertahap . Orang lain di sekitar dapat membedakan bahwa saklar telah terjadi dengan gejala tertentu seperti berkedip cepat , perubahan wajah , perubahan suara atau sikap , atau tiba-tiba berubah track pikiran individu . Identitas alternatif mengambil kendali secara berurutan , satu demi satu . Mereka mungkin menyangkal pengetahuan tentang keberadaan identitas alternatif lain sama sekali , atau mungkin bersikap kritis terhadap orang lain , atau mungkin ada konflik terbuka antara identitas alternatif . Pada saat ini, peran mengalokasikan waktu untuk mengambil kontrol atas individu tersebut dibatalkan oleh identitas alternatif yang muncul sebagai yang paling kuat .
       Dalam hal daya ingat , identitas utama individu tampaknya mengalami kesenjangan dalam memori di kedua episode terakhir dan terpencil , termasuk kerugian keseluruhan memori biografis untuk jangka masa kanak-kanak , remaja atau bahkan dewasa . Di antara identitas alternatif , yang pasif memiliki daya ingat yang lebih terbatas , sedangkan yang dengan bermusuhan , mengendalikan atau melindungi kepribadian memiliki daya ingat dekat - lengkap . Sebuah identitas dengan lebih sedikit daya pengendali dapat mendapatkan akses ke kesadaran dengan memproduksi pendengaran atau penglihatan halusinasi - seperti dalam bentuk suara yang memberikan petunjuk .
         Pada film ini, pelaku utama menggunakan banyak identitas. hal ini dapat diltemukan dalam film tersebut pada menit 1: 11:35, dimana dokter tersebut mengatakan bahwa ketika seorang anak mengalami trauma yang hebat, pikiran seorang anak dapat terpecah, sehingga menampilkan identitas berbeda. 

FITUR DAN GANGGUAN TERKAIT

     Individu dengan Dissociative Identity Disorder telah ditemukan sangat hypnosis dan sangat rentan terhadap pengaruh sugestif . Orang-orang ini mungkin juga gejala posttraumatic bersamaan nyata seperti mimpi buruk , kilas balik dan mengejutkan tanggapan , atau juga PTSD. Dalam beberapa identitas alternatif , melukai diri sendiri dan perilaku bunuh diri dan agresif , bersama dengan impulsif dan perubahan mendadak dalam hubungan telah dijamin diagnosis bersamaan gangguan kepribadian borderline . Dalam beberapa kasus , identitas tertentu telah ditemukan mengalami gejala konversi ( misalnya pseudoseizures ) , atau memiliki kemampuan untuk mengontrol rasa sakit .Dalam sejumlah kasus , laporan individu ini setelah mengalami kekerasan fisik dan seksual , terutama selama masa kanak-kanak . Ada juga mungkin pola berulang hubungan yang melibatkan kekerasan fisik dan seksual .

TEKNIK YANG DIGUNAKAN: DIAGNOSTIC INTERVIEW



DIAGNOSTIC INTERVIEW
Ø  Lebih relevan di dunia medis.
Ø  Biasanya digunakan pada pasien atau klien psikiatri.
Ø  Fokusnya pada simtom-simtom kilen, untuk mendeskripsikan berbagai kemungkinan seperti tipe-tipe, tingkat keparahan, durasi waktu, sejarah masa lalu, dsb.
Ø  Menggunakan Mental-Status Examination, yang meliputi:
a.     Proses pikir dan intelektual
·       Kapasitas ketepatan berpikir, berpikir kompleks, penguasaan informasi, STM (Short Term Memory), LTM (Long Term Memory), kemampuan problem solving, dsb.
b.     Gangguan persepsi
·       Halusinasi, ilusi, dsb
c.      Atensi dan orientasi
·       Konsentrasi, orientasi ruang dan waktu, dsb.
d.     Ekspresi emosi
·       Afeknya, ketepatan emosi, kemampuan kontrol diri, dsb.
e.     Insight dan konsep diri
·       Kemampuan untuk memahami penyebab sakit, pandangan terhadap diri, dsb.
f.       Perilaku dan penampilan
·       Ekspresi wajah, gerakan, cara berbicara, cara berpakaian, dsb.
Ø  Status Mental biasanya disertai dengan pemberian tes sederhana misalnya untuk mengetahui STM, klien diminta untuk menghafalkan sejumlah kata, kemudian setelah beberapa saat klien diminta untuk mengulangi kembali kata-kata tersebut. Pada film ini, klien diminta untuk menceritakan tentang suatu peristiwa.








Sabtu, 17 Mei 2014

TEKNIK OBSERVASI

PENGERTIAN OBSERVASI

    Istilah observasi berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘MELIHAT’ dan ‘MEMPERHATIKAN’. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi seringkali menjadi bagian dalam penelitian dalam berbagai disiplin ilmu baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, dapat berlangsung dalam konteks laboratorium (eksperiental) maupun alamiah.
   Observasi yang berarti mengamati bertujuan untuk mendapat data tentang suatu masalah sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat rechecking, atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya.

TUJUAN OBSERVASI

    Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, faktual sekaligus teliti tanpa harus dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
 Patton (1990) mengatakan bahwa data hasil observasi menjadi penting, karena :
  1. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti ada atau terjadi.
  2. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan untuk dipengaruhi berbagai konseptualis (yang ada sebelumnya) tentang topic yang diamati akan berkurang.
  3. Mengingat individu yang telah sepenuhnya terlibat dalam konteks hidupnya seringkali mengalami kesulitan merefleksikan pemikiran mereka tentang pengalamannya, observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh pertisipan atau subjek peneliti sendiri kurang disadari.
  4. Observasi memungkinkan penelitian memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkap oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
  5. Jawaban terhadap pertanyaan akan diwarnai oleh persepsi selektif individu yang diwawancara. Berbeda dengan wawancara, observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsi selektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain.

TEKNIK OBSERVASI

A. DIMENSI OBSERVASI
Secara umum setiap observasi yang dilakukan tercakup dalam tiga dimensi, yaitu:
  1. Partisipan dan Non partisipan.
  2. Overt dan Covert.
  3. Alamiah dan Buatan.
Dalam setiap observasi yang dilakukan selalu tercakup ketiga dimensi diatas, dengan berbagai kombinasi. Bisa Psrtisipan-Overt-Alamiah (poa), Non partisipan-Overt-Alamniah (noa), Partisipan-Covert-Buatan (pcb), dan lain sebagainya.
Patton menjelaskan berbagai alternatif cakupan dalam pendekatran observasi yang perlu dipertimbangkan dengan baik, yaitu:
1. Apakah pengamat berpartisipasi aktif dalam setting yang diamatinya ataukah ia menjadi pengamat pasif, dalam arti tidak terlibat dalam aktivitas yang diamatinya tersebut (partisipasi atau non partisipasi).
Pengamat yang partisipatif akan menggunakan strategi pendekatan lapangan yang beragam secara stimulant mengkombinasikan analisis dokumen, mewawancara responden dan informan, berpatisipasi langsung sekaligus mengamati, dan melakukan instrospeksi. Hal-hal tersebut tidak dilakukan peneliti yang melakukan observasi tidak terlibat (tidak partisipatif). Keputusan sejauh mana peneliti perlu terlibat dalam aktivitas yang diteliti tergantung pada banyak hal, antara lain sifat fenonema yang diteliti, konteks politis, maupun pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Bila sebagian peneliti menyatakan keterlibatan aktif dalam konteks yang diamati merupakan cara paling ideal, Patton menganjurkan agar kita tidak perlu berpikir demikian. Yang paling penting adalah negosiasikan dan menyesuaikan derajat pertisipasi aktif peneliti dengan karekteristik subjek atau objek penelitian, sifat interaksi peneliti-subjek penelitian, maupun konteks sosial politik yang melingkupi fenomena yang diteliti. Dalam kasus-kasus tertentu, keterlibatan dan partisipasi aktif pengemat justru dapat memunculkan masalah dan mengganggu langkah-langkah pengumpulan data.
2. Apakah peneliti melakukan observasinya secara terbuka, ataukah secara tertutup/terselubung? (overt atau covert)
Diyakini bahwa manusia pada umumnya akan bertingkah laku berbeda bila tahu bahwa mereka diaamti. Sebaliknya, individu yang tidak menyadari bahwa ia sedang diamati akan bertingkah laku biasa (tidak dibuat-buat atau disesuaikan dengan harapan sosial). Karenanya sebagian peneliti berpendapat observasi yang tidak terbuka (covert) akan meyakinkan peneliti menangkap kejadian yang sesungguhnya daripada observasi terbuka.
Walaupun demikian, tinjauan etis mengungkapkan problema berbeda: apakah etis melakukan observasi sistematis tanpa memberi tahu dan meminta izin?
3. Apakah observasi perlu dilakukan dalam jangka waktu lama, atau cukup dalam waktu yang terbatas?
Dalam tradisi studi antropologi, observasi dapat berlangsung sangat lama, dilakukan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, dengan maksud agar peneliti dapat memeperoleh pemahaman holistic mengenai budaya kelompok yang ditelitinya.
Sementara, dalam studi ilmu sosial pada umumnya tujuan digunakannya observasi adalah untuk mengungkap kompleksitas dan pola-pola realitas sosial.
Untuk studi yang lebih praktis, waktu observasi yang terlalu lama tidak diperlukan, apalagi bila fenomena yang diteliti adalah fenomena spesifik yang berlangsung pada saat-saat tertentu saja. Dalam situasi yang demikian, yang penting adalah keberhasilan peneliti melakukan observasi terhadap fenomena khusus yang jarang terjadi tersebut.
4. Variasi berkenaan dengan focus observasi: fenomena utuh aspek-aspek khusus?
Ada observasi yang difokuskan pada fenomena utuh, dalam situasi seperti ini dibutuhkan pelatihan meluas pada semua aspek yang terlibat. Ada pula observasi yang sempit, misalnya dengan memfokuskan pada aspek-aspek atau elemen-elemen tertentu saja dari keseluruhan yang kompleks.
Sedangkan Banister menambahkan beberapa variasi pendekatan yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut, yaitu:
  • Variasi dalam struktur observasi
Dapat bervariasi mulai dari observasi yang dilakukan secara sangat terstruktur dan mendetai sampai pada observasi yang tidak terstruktur.
  • Variasi dalam fokus observasi
Dapat bervariasi mulai dari dikonsentrasikan secara sempit pada aspek-aspek tertentu saja (missal: bentuk komunikasi nonverbal tertentu saja) atau diarahkan secara luas pada berbagai aspek yang dianggap relevan.
  • Variasi dalam metode dan sarana/instrument yang dilakukan untuk melakukan dan mencatat observasi.
Mulai dari tulisan tangan, penggunaan computer (note book), dipakainya lembar pengecek, stop watch, atau alat-alat yang lebih canggih seperti perekam suara dan gambar.
  • Pemberian umpan balik.
Apakah umpan balik (perlu) diberikan kepada orang-orang yang diamati? Bila umpan balik dismapaikan, sejauh mana informasi akan disampaikan dan mengapa?

B. TEKNIK OBSERVASI

    Ada tidak jenis pokok dalam observasi yang masing-masing umumnya cocok untuk keadaan-keadaan tertentu, yaitu: Observasi Partisipan-Observasi Nonpartisipan, Observasi Sistematik-Obserbasi Nonsistematik dan Observasi Eksperimental- Observasi Noneksperimental.
1. Observasi Partisipasi
Jenis teknik observasi partisipan umumnya digunakan orang untuk penelitian yang sifatnya eksploratif. Untuk menyelidiki satuan-satuan sosial yang besar seperti masyarakat suku bangsa kerap kali diperlukan observasi partisipan ini.
Suatu observasi disebut observasi partisipan jika orang yang mengadakan observasi (observer) turut ambil bagian dalam kehidupan observee.
Pengamatan partisipatif memungkinkan peneliti dapat berkomusikasi secara akrab dan leluasa dengan observee dan memungkinkan untuk bertanya secara lebih rinci dan getail terhadap hal-hal yang tidak akan dikemukakan dalam tida jenis observasi, yaitu:
  1. Berpatisipasi secara lengkap.
Peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamati sehingga peneliti mengetahui dan menghayati secara utuh dan mendalam sebagaimana yang dialami subjek yang diteliti lainnya.
  1. Berpartisipasi secara fungsional.
Maksudnya peneliti sebenarnya bukan anggota asli kelompom yang diteliti melainkan dalam peristiwa-peristiwa tertentu bergabung dan berpartisipasi dengan subjek yang diteliti dalam kapasitas sebagai pengamat.
  1. Berpartisipasi sebagai pengamat.
Maksudnya peneliti ikut berpartisipasi dengan kelompom subjek yang diteliti, tetapi hubungan antara peneliti dan subjek yang diteliti bersifat terbuka, tahu sama tahu, akrab, bahkan subjek yang diteliti sebagai sponsor penelitian itu sendiri, yang kepentingan penelitian tidak hanya bagi peneliti, melainkan juga subjek yang diteliti.
Beberapa persoalan pokok yang perlu mendapat perhatian secukupnya dari seorang partisipan observer adalah:
a. Materi Observasi
Persoalan tentang materi observasi sama sekali tidak dapat dilepaskan dari scope dan tujuan penelitian yang hendak diselenggarakan. Adalah perlu sekali observer memusatkan perhatiannya pada apa yang sudah dikerangkakan dalam pedoman observasi (observation guide) dan tidak terlalu insidental dalam observasi-observasinya.
Sungguhpun observer pertisipan mengikuti dan turut serta dalam kegiatan-kegiatan observee, namun masih perlu dibedakan mana persoalan yang penting dan tidak penting.
b. Waktu dan Bentuk Pencatatan
Masalah kapan dan bagaimana mengadakan pencatatan adalah masalah yang pelik dan penting bagi observasi partisipan. Sudah dapat dipastikan bahwa pencacatan dengan segera terhadap kejadian-kejadian dalam situasi interaksi adalah yang terbaik.
Pencatatan on the spot, akan mencegah pemalsuan ingatan karena terbatasnya ingatan. Sungguh pun begitu ada saat dimana pencatatan on the spot tidak dapat dilakukan, misalnya ketika situasi yang normal terganggu, ketika timbul rasa curiga pada observee, dan ketika observer kesulitan karena harus mencegah perhatiaannya untuk parisipasi, mengobservasi, dan mencatat secara bersama-sama.
Jika pencatatan on the spot tidak dilakukan, sedang kelangsungan situasi cukup lama, maka perlu dijalankan pencatatan dengan kata-kata kunci. Akan tetapi, pencatatan semacam ini pun harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak menarik perhatian dan tidak menimbulkan kecurigaan. Pencatatan dapat dilakukan misalnya pada kertas-kertas kecil atau pada kertas apapuyang kelihatannya tidak berarti.
Tiap-tiap pencatatan dapat mengambil dua bentuk:
  1. Bentuk Kronologis, menurut urut-urutan kejadiannya.
  2. Bentuk sistematik, yaitu memasukkan tiap-tiap kejadian dalam kategori-kategorinya masing-masing tanpa memperhatikan urutan kejadiannya.
Maisng-masing bentuk itu mempunyai kebaikan dan kelemahannya sendiri-sendiri. Kebaikan bentuk yang pertama adalah bahwa konteks observasi masih dapat dipertahankan. Sedangkan kebaikan bentuk yang kedua adalah sekali jalan penyelidik sudah mempersiapkan penganalisaan data yang dicatat.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah memisahkan antara pendataan yang faktual dengan pencatatan yang interpretatif. Tidak jarang penyelidik secara tidak sadar mencatat suatu kejadian sebagai fakta, padahal sebenarnya adalah interpretasi. Ini dapat diketahui dengan mudah bila dua orang observer dari latar belakang yang berlainan mengkonfrontasikan pencatatan-pencatatan mereka. Oleh sebab itu ada baiknya jika pencatat memberikan kode-kode tertentu untuk dua jenis pencatatan itu, misalnya kode (1) untuk pencatatan jenis faktual dan kode (2) untuk pencatatan jenis interpretatif.
Pemisahan itu penting karena:
  1. Untuk membedakan mana data yang otentik dan mana yang tidak.
  2. Jika observasi dilakukan oleh suatu team, dalam penganalisaan data tidak banyak timbul kesulitan atau      perselisihan paham.
Bagaimana mengusahakan, mengatur, dan memelihara hubungan antara observer dan observee selalu merupakan persoalan yang sangat pelik dalam observasi partisipan.
Pedoman minimal yang perlu dipegang teguh oleh penyelidik dalam hal ini adalah:
  1. Mencegah adanya kecurigaan.
  2. Mengadakan good rapport, dan
  3. Menjaga agar situasi dalam masyarakat yang diselidiki tetap wajar.
Good rapport, yaitu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh semangat kerjasama, saling mempercayai, saling tenggang rasa, sama derajad dan saling membantu secara harmonik antara observer dan observee, perlu diusahakan bukan saja dengan tokoh-tokoh kunci, tetapi juga dengan seluruh lapisan masyarakat ajang observasi.
Masalah lain yang juga perlu mendapat perhatian penyelidik yang menggunakan teknik observasi partisipan adalah memberikan “alasan” tentang kehadirannya yang dapat dimengerti dan diterima oleh anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.
  1. Intensi dan Ekstensi Partisipasi
Dalam hal luasnya partisiapasi tidaklah sama untuk semua penyelidikan dengan observasi partisipan ini. Penyelidik dapat mengambil partisipasi hanya pada beberapa kagiatan sosial (partial participation), dan dapat juga pada semua kegiatan (full participation). Dan dalam tiap-tiap kegiatan itu dia dapat turut serta sedalam-dalamnya (intensive participation) atau secara minimal (surface participation). Hal ini tergantung pada situasinya.
Dalam observasi partisipan observer berperan ganda yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati, sedangkan dalam observasi norpartisipan observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret, mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang teliti. Observasi nonpartisipan dapat bersifat tertutup dalam arti tidak diketahui oleh subyek yang diteliti ataupun terbuka yakni diketahui oleh subyek yang diteliti.
2. Obsevasi Sistematik
Observasi sistematik biasa disebut juga observasi berkerangka atau structured observation. Ciri pokok dari observasi ini adalah kerangka yang memuat faktor-faktor yang telah diatur kategorisasinya lebih dulu, dan ciri-ciri khusus dari tiap-tiap faktor dalam kategori-kategori itu.
  1. Materi Observasi
Isi dan luas situasi yang akan diobservasi dalam observasi sistematik umumnya lebih terbatas. Sebagai alat untuk penyelidikan deskriptif, dia berlandaskan pada perumusan-perumusan yang lebih khusus. Wilayah atau scope observasinya sendiri telah lebih dahulu dibatasi dengan tegas sesuai dengan tujuan dari penelitian, bukan situasi kehidupan masyarakat seperti pada observasi partisipan yang umumnya digunakan dalam penelitian eksploratif.
Parumusan-perumusan masalah yang hendak diselidiki pun sudah dikhususkan, misalnya hubungan antara pengikut, kerjasama dan persaingan prestasi belajar, dan sebagainya. Dengan begitu kebebasan untuk memilih apa yang diselidiki adalah sangat terbatas. Ini kadang-kadang dijadikan ciri yang membedakan observasi sistematik dari observasi partisipan.
  1. Cara-cara Pencatatan
Persoalan-persoalan yang telah dirumuskan secara teliti memungkinkan jawaban-jawaban, respon, atau reaksi yang dapat dicatat secara teliti pula. Ketelitian yang tinggi pada prosedur observasi inilah yang memberikan kemungkinan pada penyelidik untuk mengadakan ‘kuantifikasi’ terhadap hasil-hasil penyelidikannya.Jenis-jenis gejala atau tingkah laku tertentu yang timbuk dapat dihitung dan ditabulasikan. Ini akan sangat memudahkan pekerjaan analisa hasilnya nanti.
  1. Hubungan antara Observer dan Observee
Dalam observasi sistematik hubungan observer dan observee mengajukan suatu persoalan yang pelik. Jika tidak dilakukan dibelakang ‘one way screen’. Observasi jenis ini menimbulkan masalah yang sama dengan observasi partisipasi untuk mengusahakan rapport yang baik. Pertama-tama situasinya harus disiapkan sedemikian rupa sehingga para observee tidak berkeberatan menerima observer. Dengan kesibukannya mengadakan pencatatan, menggunakan alat-alat, dan kesibukan-kesibukan lainnya, seorang observer tidak akan dapat menyembunyikan kenyataan-kenyataan sedang mengadakan penyelidikan. Kerena itu, mendapatkan kerjasama yang sebaik-baiknya dengan observee adalah syarat mutlak dalam observasi sistematik.
Dalam pada itu pengalaman-pengalaman menunjukkan bahwa jika sebelum penyelidikan yang sebenarnya observer sudah pernah hadir dalam situasi sekali atau beberapa kali umumnya, kehadirannya di sudut kamar tidak banyak mempengaruhi kegiatan-kegiatan grup yang sedang berjalan.
3. Observasi Eksperimental
Observasi dapat dilakukan dalam lingkup alamiah/natural ataupun dalam lingkup eksperimental.
Dalam observasi alamiah observer mengamati kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa, dan perilaku-perilaku observee dalam lingkup natural, yaitu kejadian, peristiwa, atau perilaku apa adanya tanpa adanya usaha untuk mengontrolnya.
Observasi eksperimental dipandang sebagai cara penyelidikan yang relatif murni menyelidiki pengaruh kondisi-kondisi tertentu terhadap tingkah laku manusia. Sebab faktor-faktor lain yang mempengaruhi tingkah laku observee telah dikontrol secermat-cermatnya sehingga tinggal satu-dua faktor untuk diamati bagaimana pengaruhnya terhadap dimensi-dimensi tertentu terhadap tingkah laku.
Ciri-ciri penting bagi observasi eksperimental adalah sebagai berikut :
  • Observer dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seseragam mungkin untuk semua observee.
  • Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memungkinkan variasi timbulnya tingkah laku yang akan diamati oleh observer.
  • Situasi sedemikian rupa sehingga observee tidak tahu maksud yang sebenarnya dari observasi.
  • Observer atau alat pencatat membuat catatan-catatan dengan teliti mengenai cara-cara observee mengadakan aksi reaksi, bukan hanya jumlah reaksi semata-mata.
. HAL-HAL YANG DIOBSERVASI

Banyak hal-hal, peristiwa-peristiwa, masalah-masalah, dan gejala-gejala yang dapat diobservasi. Dalam melakukan observasi ada beberapa point yang biasanya perlu diperhatikan, yaitu:
  1. Penampilan fisik : yang meliputi kondisi fisik observe, misalnya tinggi badan, berat badan, warna kulit, dan lain-lain.
  2. Gerakan tubuh / penggunaan anggota tubuh. Misalnya: bagaimana postur tubuh observe, bagian tubuh mana yang sering digunakan dan bagian mana yang kurang banyak gerakan (misalnya observe selalu menggerak-gerakkan tengan ketika berbicara, dsb).
  3. Ekspresi wajah : Bagaimana ekspresi wajah observe ketika sedang berbicara.
  4. Pembicaraan : yaitu bagaimana isi pembicaraan yang dilakukan.
  5. Rekasi emosi : yaitu bagaimana reaksi emosi observe. Dalam penelitian seorang observer perlu memperhatikan bagaimana reaksi emosi observe terhadap suatu masalah yang ingin diteliti.
  6. Aktivitas yang dilakukan : Misalnya jenisnya, lamanya, dengan siapa, dimana dan sebagainya.
  7. Dan beberapa hal yang perlu diobservasi. Hal ini sesuai dengan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan.

LANGKAH-LANGKAH YANG HARUS DILAKUKAN DALAM OBSERVASI :

  1. Mengetahui/memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi.
  2. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus.
  3. Membuat tata cara observasi (metode apa, alatnya apa).
  4. Membatasi dengan tegas hal-hal yang akan diobservasi.
  5. Melakukan observasi dengan secermat-cermatnya.
  6. Membuat hasil catatan-catatan/observasi.
  7. Memahami pencatatan dan penggunaan alat.




Sabtu, 10 Mei 2014

INVENTORI KEPRIBADIAN LAPORAN DIRI II

 TEKNIK- TEKNIK NODA TINTA

 - Rorschach. Salah satu teknik proyektif paling popular adalah penggunaan noda tinta Rorschach. Teknik ini, yang dikembangkan oleh psikiatris swiss Herman Rorschach (1921/1942), pertama kali dideskripsikan pada tahun 1921.
-  System komprehensif Exner.  Jhon E  Exner, Jr (1969) yang bekerja dengan Samuel Back dan  Bruno Klopfer, dua orang dari para pembuat sistematisasi Rorschach yang paling bervariasi. Melalui penelitiannya yang ekstensif atas penggunaaan klinik  tes Rorchach dan kepustakaan risetnya, Exner tertarik pada kemungkinan untuk menyuling semua segi yang secara empiris berguna dan dapat dipertahankan, yang dimiliki oleh metode itu, ke dalam satu system tunggal.
- Pendekatan-pendekatan alternative. Pendekatan ini lebih memusatkan perhatian pada interpretasi isi ketimbang pada variabel structural atau determinan perceptual respons. Meskipun begitu, skala isi  dan system penentuan skor yang ada tidak dapat diandalkan sebagai instrument psikometri untuk dapat digunakan pada diagnosis individual. Dalam adaptasi ini, tes noda tinta dipresentasikan untk intrerpretasi bersama oleh pasangan-pasangan nikah atau anggota-anggota keluarga lainnya, rekan-rekan pekerja, anggota-anggota gang remaja atau kelompok- kelompok alamiah lainnya. Melalui diskusi sdan negosiasi, para peserta harus mencapai kesepakatan tentang satu rangkaian respon yang tunggal  dan umum. Teknik ini telah digunakan dengan cukup ukses sebagai dasar.
- Teknik noda tinta Holtzman ( Holtzman Inkblot Technique). Teknik tinta Holtzman dirancang sedemikian rupa untuk memikirkan kekurangan teknik utama dari instrument yang lebih awal (dalam anastasi, 2007). Akan tetapi perubahan-perubahan dalam materi stimulus dan prosedur cukup ekstensif untuk memandang teknik Holtzman sebagai tes yang berbeda dan mengevaluasinya tanpa rujukan pada tes Rorschach .

                                                           TEKNIK-TEKNIK GAMBAR

·         Thematic Apperception Test. TAT mengajukan stimuli yang jauh lebih terstruktur dan meminta respons verbal yang lebih kompleks dan terorganisasi secara bermakna. Interpretasi atas respons-respons oleh penguji biasanya didasarkan pada analisa isi yang sifatnya agak kualitatif. Pertama kali dikembangkan oleh Henry Murray  dan stafnya di Harvard Psychological Clinic. Materi TAT terdiri dari 19 kartu yang memuat gambargambar kabur dalam warna hitam dan putih serta satu  kartu kosong.  Responden diminta untuk mengarang cerita yang sesuai dengan tiap gambar, menceritakan apa yang mengarah pada peristiwa sebagaimana tergambar dalam gambar itu, mendeskripsikan apa yang terjadi pada waktu itu, dan apa yang dirasakan serta dipikirkan oleh karakter dalam gambar, lalu memberikan hasilnya.
    Ikhtisar system penentuan skor yang digunakan dalam analisa isi atas  materi verbal telah dipersiapkan oleh Charles Smith dalam bekerja sama dengan Jhon W Atkinson, David C. McClelland dan Joseph Veroff (1992). Meskipun TAT asli dikatakan dapat diterapkan pada anak-anak mulai usia empat tahun, Children Aperception Test (CAT) secara khusus dirancang untuk digunakan pada anak-anak berusia 3 dan 10 tahun.
   Rosenzweig Picture Frustration Study.  TAT dan teknik-teknik yang menggunakan gambar untuk menstimulasi permainan fantasi yang bebas serta membangkitkan respons verbal yang rinci. Sebaliknya Rosenweig Picture Frustration Study ( P-F Study).  Instrument ini tersedia dalam bentuk terpisah  untuk orang dewasa, usia 14 tahun keatas, untuk remaja usia 12 hingga 18 tahun, dan untuk anak-anak berusia 4 sampai 13 tahun. Berasal dari teori frustasi  dan agresi si pengarang , P-F study menyajikan rangkaian kartu dengan satu orang membuat frustasi dan agresi si pengarang , P-F study menyajikan rangkaian kartu dengan satu orang membuat frustasi orang lain atau meminta perhatian untuk kondisi yang membuat frustasi dalam ruang kosong yang disediakan, responden menulis apa yang akan dikatakan oleh orang frustasi.

                                                               EVALUASI ATAS TEKNIK- TEKNIK PROYKTIF

Rapor dan kemamuan aplikasi.
Berpura-pura
      Penguji dan variabel-variabel situasional
      Norma-norma
      Reliabelitas
      Validitas
      Hipotesis proyektif
      Teknik proyektif sebagai instrument psikometrik
      Teknik-teknik proyektif sebagai alat-alat klinis





Senin, 05 Mei 2014

INVENTORI KEPRIBADIAN LAPORAN DIRI


    Dalam terminology psikometri konvensional “tes-tes kepribadian” adalah instrument untuk mengukur cirri-ciri emosi, motivasi, antarpribadi, dan sikap yang dibedakan dari kemampuan. Jumlah tes kepribadian yang ada mencapai ratusan buah. Yang paling banyak adalah inventori kepribadian dan teknik-teknik proyektif. 

  Diantara prosedur- prosedur utama yang digunakan dewasa ini adalah pendekatan-pendekatan yang didasarkan pada relevansi isi, pemasukan criteria empiris, analisis factor dan teori kepribadian.

1. PROSEDUR-PROSEDUR YANG TERKAIT DENGAN ISI

    Prototype inventori kepribadian laporan diri adalah lembar data pribadi Woodworth, yang dikembangkan untuk digunakan selama perang dunia I . sesuai dengan itu Woodworth mengumpulkan informasi yang menyangkut simpton neurotis da praneurotis dari kepustakaan psikiatris seperti halnya melalui konferensi dengan para psikiater. Dalam seleksi akhir atas butir- butir soal-soal ini, Woodworth menerapkan pemeriksaan statistic.contoh modern dari pendekatan yang terkait dengan isi terhadap perkembangan inventori laporan diri adalah Sympton Checklit 90 Revised ( SCL 90 R-Derogatis 1994). SCL 90 dirancang untuk menyaring masalah- masalah sosial dan simpton psikopatologi. Keuntungan utama dari pendekatan terkait dengan isi pada perkembangan inventori kepribadian terletak pada kesederhanaan dan sifat langsung dari metode ini.

MINNESOTA MULTIPHASIC PERSONALITY INVENTORY

Contoh terkenal tentang pemasukan criteria empiris dalam penyususnan tes kepribadian adalah Minnesota multiphasic personality inventory (MMPI). Dihasilkan pada tahun 1930-an oleh Starke R. Hathaway, seorang psikolog klinis dan J. Charnley McKinley, seorang neuropsikiater, MMPI pada awalnya diterbitkan sebagai rangkaian artikel pada tahun 1940-an untuk berfungsi sebagai alat bantu dalam proses diagnosis psikiatris.

MINNESOTA MULTIPHASIC PERSONALITY INVENTORY 2

Butir butir soal MMPI-2 terdiri dari 567 pernyataan afirmatif yang ditanggapi peserta tes “benar” atau “salah” . butir-butir soal mempunyai rentang luas dalam isi, mencakup motorik, sikap sksual, politis, dan sosial; pertanyaan-pertanyaan tentang pendidikan, pekerjaan, keluarga dan pernikahan serta banyak manifestasi perilaku neurotis atau psikotis yang dikenal, seperti keadaan obsesif dan kompulsif, delusi, halusinasi, ide-ide rujukan, fobia, kecenderungan sadistis serta masokis.

MINNESOTA MULTIPHASIC PERSONALITY INVENTORY ADOLESCENT

MMPI-A adalah bentuk baru MMPI yang dikembangkan secara spesifik untuk digunakan pada remaja. Butir- butir soal dan skala mencakup bidang yang secara spsifik relevan bagi mereka, seperti masalah sekolah dan keluarga dan diatas segala-galanya, persyaratan norma kecocokan usia.

CALIFORNIA PSYCHOLOGYCAL INVENTORY

CPI dikembangkan secara khusus untuk digunakan pada populasi orang dewasa. Dalam revisi terakhir, CPI edisi ketiga terdiri dari 434 butir soal yang harus dijawab “ benar” atau “salah” dan menghasilkan skor pada 20 skala.

INVENTORI KEPRIBADIAN UNTUK ANAK-ANAK

Meskipun tidak menggunakan butir soal atau data MMPI, Personality Inventory for Children (PIC) disusun dengan metodologi umum yang sama seperti MMPI dan CPI. PIC dikembangkan melalui 20 tahun riset oleh sekelompok peneliti pada universitas Minnesota yang secara mendalam terpengaruh oleh dasar pemikiran dn penggunaan klinis MMPI. PIC dirancang untuk anak-anak dan remaja yang berusia antara 3 sampai 16 tahun. Perbedaan utama antara PIC dan MMPI berhubungan dengan cara informasi itu diperoleh; butir- butir soal kuesioner benar salah dijawab tidak hanya oleh anak bersangkutan, tetapi oleh remaja yang pengetahuannya luas,  biasanya si ibu. Prosedur ini konsisten dengan praktik umum dalam klinik anak-anak yang mewawancarai orang tua sebagai sumber informasi utama tentang masalah dan sejarah kasus anak. Inventori ini sesungguhnya menyediakan cara sistematis untuk mengumpulkan informasi semacam itu dan menafsirkannya dalam kaitan dengan data normative dn diagnosis.

2. ANALISIS FAKTOR DALAM PENGEMBANGAN TES

KUESIONER ENAM BELAS FAKTOR KEPRIBADIAN (16 PF). Berdasarkan riset factorial mereka, Cattel dan rekan-rekan kerjanya telah mengembangkan sejumlah inventori kepribadian, dan yang paling dikenal adalah Sixteen Personalty Factor Questioner yang sekarang sudah memasuki edisi kelima. Diterbitkan pertama kali pada tahun 1949, 16 PF dirancang untuk umur 16 keatas dan menghasilkan 16 skor dalam cirri- cirri seperti keberanian sosial, dominasi, kewaspadaan, stasibilitas emosional, dan kesadaran peraturan.

MODEL LIMA FAKTOR.  Model lima factor telah mengembangkan sebuah tes yang cocok dengan versi model mereka. Dalam edisi sekarang, Revised NEO Personality Inventory” yaitu:
NEUROTISME        EKSTRAVERSI       KETERBUKAAN TERHADAP PENGALAMAN
1.Kecemasan            1. Kehangatan                           1. Fantasi
2.Permusuhan           2.suka berteman                         2. Estetika
3.Depresi                  3.sifat asertif                              3. Perasaan
4.Kesadaran diri       4. Aktivitas                                4. Tindakan
5.Sifat impulsive        5. Mencari kesenangan              5. Gagasan
6.Kerentanan            6. Emosi positive                       6.  Nilai

KECOCOKAN                                   SIKAP HATI-HATI
1.kepercayaan                                   1. kompetensi
2. sikap terus terang                           2. tatanan
3. altruism                                          3. Sikap memenuhi tugas
4. kerelaan                                         4. pencapaian
5. kesederhanaan                               5. Disiplin diri
6. hati yang lembut                             6. pertimbangan

Sumber: Anastasi Annne, Urbina Susanna. Tes Psikologi. 2007. Jakarta: PT: Indeks