Selasa, 29 April 2014

MENGUKUR MINAT DAN SIKAP


INVENTORI MINAT: TINJAUAN DAN PENEKANAN

   Diantara banyak inventori minat, berikut akan dibahas empat inventori karena mencakup dalam orientasi teoritis, metodologi atau jenis populasi yang akan dirancang.

1.Jackson Vocational Interest Survey (JVIS).
 JVIS diseleksi untuk mendapat perhatian khusus pertama karena JVIS merupakan ontoh dari penyusunan tes yang canggih dan yang kedua dari aspek pendekatannya berlawanan secara tajam dengan yang diikuti SII ( Strong interest inventory). Jakson menggunakan area minat yang luas dalam pengembangan butir soal dan system penentuan skor. Inventori Jakson merupakan contoh validasi konstruk pada tiap tahap pengembangannya.  Langkah pertama  dalam pengembangan JVIS adalah merumuskan konstruk-konstruk atau dimensi- dimensi yang harus diukur.  Langkah kedua yaitu menguji coba berturut-turut dan analisis statistic atas butir- butir soal yang telah dipersiapkan sesuai dengan spesifikasi terinci.
2. Kuder Ocupational Interest Survey.
Inventori-inventori minat yang dikembankan oleh Frederick Kuder.  Yang paling awal adalah Kuder Preference Record –vocatioanal, yang pendekatannya pada pengukuran minat dibedakan dari pendekatan Strong dalam 2 hal utama.pertama, Kuder menggunakan butir-butir soal tiga serangkai pilihan terbatas, dengan responden mengindikasikan yang mana dari tiga kegiatan itu, yang paling disukai dan mana yang paling kurang disukai. Kedua, skor-skor tersebutdiperoleh untuk tidak pekerjaan tertentu, melainkan untuk 10 bidang minat yang luas yaitu di luar ruangan, mekanis, pekerjaan, ilmiah, persuasive, artistic, sastra, music, kerja sosial, dan administrasi. Versi tebaru Kuder Occupational interest survey (KOIS), memberikan skor-skor rujukan pada kelompok- kelompok pekerjaan spesifik akan tetapi KOIS tidak menggunakan kelompok rujukan umum.
3. Career assessment inventory- the vocational version ( CAI-VV). Pertam kali dikeluarkan pada tahun 1975, CAI secara dekat mengikuti pola inventori Strong. CAI dirancang secara khusus untuk para penvcari karier yang tidak memerlukan pendidikan universitas selama empat tahun atau pelatihan professional lebih jauh. CAI berfokus pada berfokus pada pekerjaan yang melibatkan keterampilan, pekerjaan teknis, dan pekerjaan jasa. Contoh dari skala-skala pekerjaan yang sekarang tersedia antara lain adalah montir pesawat, petugas kesehatan gigi, petugas kafetaria, pemprograman computer, dan perawat terdaftar.
4. self-directed search ( SDS). Instrument dikembangkan oleh Holland, yang model segienamnya tentang tema- tema pekerjaan umum telah menarik perhatian luas dan dimasukkan dalam berbagai inventori yang ada sekarang.  SDS dirancang sebagai instrument konseling pekerjaan yang bisa dilaksanakan sendiri,  diskor sendiri, dan diinterpretasikan sendiri. Meskipun di seputar minat, prosedur ini juga memerlukan peringkat- diri kemampuan dan kompetensi yang dilaporkan.


SURVEI PENDAPAT DAN SKALA SIKAP

- Sifat instrument. Sikap sering didefinisikan sebagai tendensi untuk beraksi secara menyenangkan ataupun tidak menyenangkan terhadap sekelomok stimuliyang ditunjuk, seperti kelompok etnis atau kelompok nasional. Adat istiadat atau lembaga. Skala-skala sikap di pihak lain umumnya menghasilkan skor total yang menunjukkan arah dan intensitas sikp individu terhadap perusahaan, kelompok orang, kebijakan, atau stimulus lain. Dalam penyusunan skala sikap, pertanyaan-pertanyaan berbeda diranvang untuk mengukur sikap tunggal atau variabel unidimensional, dan prosedur-proedur objektif biasanya ditempuh untuk mendekati sasaran ini. Skala sikap karyawan, misalnya, menghasilkan skor tunggal yang menunjukkan tingkat kepuasan kerja individu atau keseluruhan sikap terhadap perusahaan.

- Jenis- jenis skala sikap utama. Dalam semua skala sikap, responden mengindikasikan kesepakatan atau ketidaksepakatan mereka dengan rangkaian pernyataan tentang objek sikap itu. Prosedur- prosedur khusus telah diranvcang untuk mencapai homogenitas butir- butir soal, kesamaan jarak antara unit-unit skala, komparabilitas skor skor dari skala ke skala.Skala tipe Guttment awal mulanya dikembangkan sebagai teknik untuk menemukan apakah rangkaian pernyataan sikap itu homogen. Dalam pengertian Guttmen, sekala semurna ada jika seorang responden setuju dengan pernyataan tertentu atas sikap tertentu yang juga cocok dengan pernyataan yang lebih ringan.

·   - Catatan atas variabel dan ukuran terkait dengan jenis kelamin. Sebagaimana ditunjukkan Betz, konsep- konsep eksplanatoris global untuk perbedan terkait dengan jenis kelamin seperti pern jenis kelamin atau maskulinitas atu feminimitas, umumnya tetap tak mendapat dukungan dari temuan temuan emiris. Menurutnya, untuk memacu kemajuan lebih jauh, perlu dilakukan banyak hal di bidang konseptualisasi dan definisi konstruk yang cermat yang dapat ditempatkan dalam kerangka teoritis yang bermakna dan koh                       

      Sumber:  Anastasi Annne, Urbina Susanna. Tes Psikologi. 2007. Jakarta: PT: Indeks




Jumat, 04 April 2014

TES POPULASI KHUSUS

     Pada pertemuan kali ini, akan dibahas mengenai tes populasi khusus, let"s learn!!!

TES-TES UNTUK POPULASI KHUSUS

     Tes populasi khusus adalah tes-tes yang digunakan untuk mengukur dari sisi usia, dsb, dan normal atau tidak normalnya seseorang. Maksudnya adalah tes ini dikembangkan untuk digunakan kepada orang yang tidak bisa diukur dengan cara yang biasa atau alat ukur tradisional. Misalnya seseorang yang memiliki pendengaran yang lebih, tetapi memiliki kekurangan dibagian lain. Contoh: tes untuk penyandang cacat, tuna grahita, tuna netra, dll.
  
   Tes ini dikembangkan untuk orang-orang yang tidak bisa diuji dengan menggunakan cara-cara yang biasa. Instruksi bisa diberikan lewat demonstrasi, gerak tubuh, dan pantomin.
    * Prototipe tes  kelpompok nonbahasa adalah Army Examination Beta, yang digunakan untuk merekrut       orang berbahasa asing dan buta huruf. Selanjutnya tes nonbahasa ini digunakan untuk anak sekolah dasar       dan prasekolah, dan buta huruf. Tes ini diselenggarakan secara individual.

contohnya: Akhir-akhir ini sering juga muncul pemberitaan tentang orang tunanetra dengan prestasi tinggi, misalnya mereka yang dapat mengoperasikan komputer dengan baik, atau berhasil meraih gelar akademik yang prestisius, atau berhasil dalam karir profesionalnya. Masyarakat sering memandang pencapaian seperti ini sebagai "langka tetapi nyata", sesuatu yang mengagumkan. Pemberitaan seperti ini tidak berhasil mengubah stereotipe negatif tentang ketunanetraan, karena di balik kekaguman itu tersirat pikiran bahwa orang tunanetra pada umumnya tidak dapat atau tidak seharusnya demikian, sehingga bila masyarakat melihat contoh orang tunanetra melanggar ekspektasi negatif tersebut, itu hanya dipandang sebagai kasus kekecualian. Dengan kata lain, ekspektasi masyarakat terhadap orang tunanetra masih tetap rendah.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa masyarakat masih cenderung memposisikan orang-orang tunanetra sebagai kelompok yang oleh Pedersen (1981) disebut sebagai populasi khusus (special population), yaitu kelompok minoritas yang sering dihambat aksesnya ke berbagai layanan umum termasuk layanan konseling. Studi kasus ini bertujuan menemukan apakah diskriminasi semacam ini dialami juga oleh siswa-siswa tunanetra dalam layanan konseling di sekolah menengah tingkat atas reguler di mana mereka merupakan kelompok minoritas di sekolah yang mayoritas siswanya adalah orang awam.